Ditulis oleh: Salwa Rizqiyah Afifah | santri KMI ULYA 1 dalam memenuhi tugas Literasi Libur Semester Ganjil
Perjalananku menghafal al-qur’an dimulai sejak aku menginjak umur 7 tahun tepatnya saat aku duduk dikelas 1 sekolah dasar di salah satu lembaga pendidikan dikota bangil. Ku awali dengan menghafal beberapa surat pendek yang terdapat dalam juz 30, para guru membimbingku serta teman temanku untuk menghafal, kegiatan ini rutin dilaksanakan pada pagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Begitulah hari hariku kulalui hingga tak terasa 6 tahun telah kuselesaikan, waktuku untuk berpisah dengan teman temanku dan melanjutkan perjalananku dilevel berikutnya. Ya! SMP sekolah menengah pertama, kuutarakan keinginan hati ini kepada kedua orang tuaku untuk menempuh pendidikan madrasah tsanawiyah disebuah pondok pesantren, kedua orang tuaku pun menyetujuinya.
Ahad, 15 juni 2019.
Pagi itu, bersama dengan ayah ibuku, ditemani pula oleh adik laki lakiku berangkat ke pondok pesantren yang dituju. Kunikmati udara sejuk pagi itu, birunya langit, serta hamparan sawah yang menyelimuti gunung yang menjulang disekitarnya. Hari semakin, tak kurasa tibalah aku disuatu tempat yang terletak dibelakang SPBU. Tepat didepan bangunan berwarna hijau mobil milik ayahku diberhentikan. Kulangkahkan kakiku, kutata kembali niatku, kusampaikan salam perpisahan untuk kedua orang tuaku . Nasihat dan do’a pun tak lupa disampaikan kedua orang tuaku demi kesuksesanku.
Disinilah tempatku berjuang untuk menjadi seorang hafidzah al-qur’an agar bisa memberikan mahkota serta jubah kemuliaan untuk kedua orang tuaku disurga-Nya kelak. Ku awali tahun pertamaku dengan melancarkan bacaan, memperbaiki tajwid, serta tilawah. Ini adalah langkah awal yang dilakukan para penghafal al-qur’an dalam proses menghafal. Aku beserta teman temanku dianjurkan untuk memperbanyak tilawah sebanyak 40 kali, ada satu langkah lagi yang kulewatkan yaitu talaqi kepada guru pembina tahfidz di pondok pesantrenkku sebelum menyetorkan hafalan baru, semua itu dilakukan agar tidak ada kesalahan saat menghafal.
Ditengah perjuanganku menghafal al-qur’an Allah berikan suatu ujian, satu wabah yang pernah singgah dibumi yang kucintai ini, yaitu COVID-19.Qadarullah, atas izin Allah dan dasari pula atas kebijakan yang dibuat oleh pihak pesantren kami para santri dipulangkan kerumah masing masing. 1 bulan telah berlalu, namun tak ada kabar yang terdengar olehku, tak lama kemudian pihak pesantren pun mengumumkan bahwa kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara online.
4 bulan telah terlewatkan, datanglah kabar bahwa kami diperbolehkan kembali kepesantren, rasa senang memenuhi jiwaku, rasa rindu bertemu dengan teman seperjuanganku pun membuat semangatku terpacu. Beberapa hari kemudian, berangkatlah aku menuju pondok pesantrenku, setibanya aku dipesantren, segera kuturunkan barang bawaan ku menuju tempat yang telah disediakan, dan tak kulupa pula untuk berpamitan dengan kedua orang tuaku, kedatanganku pun disambut dengan senyum hangat oleh guru guruku, segera ku menuju kamar mandi untuk mandi dan bersih diri, setelah itu kuambil barang bawaanku menuju kamar yang telah ditentukan. Aku berjumpa kembali dengan teman temanku setelah lama kami tak bertemu, kutumpahkan rasa rinduku bersama dengan mereka.
Kulanjutkan perjuanganku yang sempat tertunda . Satu hal yang harus selalu dilakukan oleh penuntut ilmu yaitu memperbarui niat. Kuperbarui kembali niatku, ku awali hariku dengan semangat yang menggebu. “bismillah” bacaku dalam hati. Entah mengapa aku merasa ada yang mengganjal dihatiku. Ya! satu hal yang belum kulakukan yaitu meminta do’a kepada orang tuaku, meski ku tau tanpa diminta pun mereka akan mendo’akanku.tapi sayang aku telah melupakannya disaat salam perpisahan telah kuucapkan dan orang tuaku pun telah meninggalkan pesantrenku ini, dan ku harus menunggu satu minggu berlalu hingga bisa kusampaikan itu, tepatnya di hari jum’at dimana dilaksanakan penelponan untuk para santri di pondokku.
Hari hari terus kulalui, matahari dan bulan pun silih berganti, menemani jiwa yang sedang berjuang dan bertahan dibumi Allah yang luas demi untuk bisa menjadi seorang penjaga kalam-Nya yang mulia. Pernah suatu ketika kurasakan lelah, letih, berat untuk menjadi penghafal al-quran, tak ada semangat yang mendorongku, hanya tangisan yang menuhi pelupuk mataku, disaat seperti inilah Allah mendatangkan hamba-Nya kepadaku, menasihatiku dan memotivasiku untuk terus bangkit. Allah kirimkan pula sahabat seperjuang yang mau memelukku disaat ku terjatuh. Disinilah aku tersadar dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukanku. Ku terus berjuang, ayat demi ayat ku hafalkan, surat demi surat kuselesaikan, hingga Allah mengizinkan untuk menghafal beberapa juz dalam al-qur’an. Dan kudapati satu kebahagiaan yang tak bisa kulupakan dalam hidupku.
Sabtu, 05 Maret 2021.
Tepatnya saat aku duduk dikelas 3 SMP. Dihari inilah terciptanya kebahagiaan dalam diriku,hasil dari perjuangan yang selama ini ku tempuh dan do’a yang kulangitkan bersama tangis di sepertiga malamku serta do’a yang selalu dipanjatkan oleh kedua orang tuaku, tepat pukul 05.00 am kulaksanakan tasmi’ akbar 15 juz yang diperdengarkan oleh seluruh santriwati serta seluruh jajaran ustadz dan ustadzah dipondokku. Ada setitik keraguan dihatiku, apakah aku bisa melewati ini ?. bismillah.. kulalui ini dengan segenap usaha dan do’a. Tepat saat adzan dzuhur dikumandangkan, apa yang kulalui terselesaikan. Sorakan kebahagiaan memenuhi ruangan, do’a serta ucapan selamat dilontarka, bak pelangi yang datang menghiasi hari setelah hujan dan badai yang menghampiri.
3 tahun masa perjuanganku kuselesaikan dengan bahagia meski kudapati tangis serta goresan luka didalamnya. Salam perpisahan kuucapkan kepada semua yang telah berjuang bersama demi untuk bisa meraih surga-Nya. Kulanjutkan perjuangan di tangga berikutnya. SMA.
Ahad, 17 Juni 2022.
Ini adalah hari pertamaku, tak pernah terbesit dalam pikiranku bahwa akan kudapatkan kembali julukan yang selama ini kutinggalkan. Santri baru. Atas dasar cita citaku serta harapan ayah dan ibuku kulanjutkan pendidikanku ketempat yang baru. Pondok baru,inilah tempatku sekarang berjuang, tempat yang kusinggahi untuk menimba ilmu, MTQ ANNISA. Di tempat ini pula aku bertemu para pejuang baru, di kumpulkan ditempat yang mulia dengan satu tujuan yang sama yaitu jannah-Nya. Berjuang bersama tuk meraih ridho Sang Pencipta.
Tak ada yang tak mungkin untuk menghafal al qur’an, menghafal al-qur’an itu bukan bakat, tapi anugerah yang diberikan oleh yang Maha Kuasa disertai dengan semangat, serta tekad yang kuat. Yakinlah! Bahwa Allah akan menolong dan memudahkan bagi siapapun yang mau berusaha. Hebat itu bukan seberapa cepat seseorang dalam menghafal al-qur’an, akan tetapi seberapa mampu dia istiqamah dalam menghafal dan menjaga hafalan al-qur’an nya. Percayalah, bahwa lelahmu dalam menghafal al-qur’an akan berbuah kemuliaan kelak dihadapan-Nya. Saat kita memiliki tekad kuat yang terpendam dalam semangat, maka tak ada kata menyerah untuk memulai awal yang baru.
Ayah, ibu… Aku tau, kelak kita akan berpisah di dunia, entah aku atau engkau yang pergi meninggalkan. Namun itu pasti. Maka dari itu, izinkan aku berbakti dengan hafalan Qur’anku… Semoga kita bisa bertemu di surga-Nya nanti. Aamiin…