My Struggle To Memorize His Words

Bagikan Halaman ini

Ditulis oleh: Athaya Azarine Qonita L. S | santri KMI ULYA 1 dalam memenuhi tugas Literasi Libur Semester Ganjil

Pada tahun 2019 saya; Athaya Azarine memulai perjuangan dan perjalanan saya di Ma’had Tahfidz. Pada saat itu saya masih berada di kelas 7 SMP. Pada awal memasuki kehidupan di pondok saya sangat merasa kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an karena saya masih belum terbiasa sampai pada akhirnya setelah lama hidup di lingkungan pondok saya mulai terbiasa dengan hafalan Qur’an. Sampai pada beberapa waktu saya pernah mengalami kesulitan dalam hafalan saya hingga beberapa saat saya menangis karena ayat-ayat Allah itu seperti tidak ingin masuk ke dalam diri saya. Tapi Alahmdulillah sekali saya mempunyai teman-teman yang sangat baik. Mereka membantu saya dengan cara mentalaqi saya, mereka memberikan semangat dan motivasi kepada saya hingga saya dapat menghafal ayat itu dan saya dapat bangkit lagi dari keterpurukan saya. Tapi pengalaman saya yang paling sulit saat menjalani kehidupan sebagai santri adalah saat saya dan teman-teman saya sedang menjalani rutinitas kami sebagaimana biasanya,, yaitu halaqoh tahajjud. Saat itu kami sedang menyetorkan hafalan kami kepada para pengampu tahfidz kami, kemudian tiba-tiba ustadzah bagian kedisiplinan kami datang sambil menangis lalu beliau berkata; “Mbak minta do’anya ya…”. Kemudian kami semua diam, medengarkan dan memperhaikan ustadzah kami yang menangis. Kemudian beliau memberitahuakan berita yang sangat megharukan kepada kami. Beliau mengatakan bahwa ustadz kami yang berlaku sebagai mudir ma’had kami terlah wafat. Sektika, setelah mendengar perkataan itu kami pun langsung menangis bahkan tanpa kami sadari air mata kami telah keluar terlebih dahulu sebelum kami merasakan kesedihan itu. Pada saat kejadian itu berasa semua waktu berheti begitu saja, kami merasakan sekali kehilangan sosok mudir ma’had kami.  Di pondok itu, saya tidak hanya menghafal Qur’an tapi saya juga menghafal hadits –hadist Nabi dan saya belajar tentang agama juga kehidupan dunia yang hanya sementara.

Setelah 3 tahun hidup di pondok yang lama, saya mendapatkan banyak pelajaran dari semua peristiwa yang telah saya alami disana. Di sana saya mendapatkan hafalan Qur’an yang lumayan banyak bagi saya. Saya mendapat hafalan sebanyak 15 juz dan tidak hanya hafalan Qur’an saja, tapi saya juga mendapat sekitar 90 hadits yang sudah saya hafal.  Saya belajar tentang banyak hal, mulai dari pentingnya kebersamaan, harusnya bekerja keras, hebatnya sabar, lelahnya perjuangan, dan indanya kehidupan menjadi santri. Tak lama setelah itu saya lulus, dan jujur pada saat itu perasaan saya bercampur menjadi satu, perasaan antara bahagia karena lulus, sedih karena harus bepisah dari teman –teman yang sangat saya sayangi, bingung ingin melanjutkan sekolah dimana. Dan pada akhirnya saya menemukan pondok yang cocok bagi saya.

Saya melanjutkan perjuangan dan perjalanan saya dalam menghafal Kalam-Nya disini, di pondok tahfidz yang saya tinggali sekarang, yaitu MTQ Annisa. Disini saya mengalami banyak perbedaan dari pondok saya yang lama, mulai dari peraturannya, kedisiplinannya, juga yang pasti lingkungannnya. Di pondok yang baru ini saya belajar bagaimana cara saya beradaptasi dengan segala yang baru. Disini saya belajar lagi untuk mejadi orang yang sabar, bagaimana caranya menjadi orang yang dewasa dalam segala hal. Pada awal saya tinggal disini saya pastinya mengalami kesuitan walaupun tak sesulit ketika SMP. Disini juga saya mendapat teman yang sangat banyak , bahkan sampai dua kali lipat dari pondok sebelumnya. Di lingkungan yang baru ini saya menghafal Qur’an dengan cara yang berbeda, di pondok saya yang dulu saya menghafal dari juz belakang tatapi disini saya mulai menghafal dari juz yang depan, dan itu yang membuat saya kesulitan, karena disisi lain saya harus menambah hafalan saya dari jalur yang berbeda dan saya juga harus menjaga hafalan saya yang sudah pernah saya hafal di pondok saya yang lama, tapi hal itu ternyata tidak mudah bagi saya untuk menjalaninya karena saya harus belajar mengatur waktu saya dengan baik dengan tidak mengorbankan kewajiban lain yang harus saya lakukan. Bahkan belum lama saya disini saya pernah menangis karena saat mendekati ujian saya belum memenuhi target hafalan saya. Pada saat itu badan dan pikiran saya sangat lelah, tetapi dengan izin Allah dengan lancar. Dan saya pernah mendengar perkataan yang berbunyi; “Jika engkau mengutamakan Al-Qur’an maka (InsyaAllah) semua urusan dunia akan mengikutimu (Allah mudahkan)”. Maka disitu saya berpikir bahwa Allah akan memudakan semua urusan say ajika saya mengutamakan Al-Qur’an di dalam hidup saya. Namun, tak semua kehidupan sebagai santri itu menyakitkan. Setelah menjalani ujian yang sangat lelah saya kira kami akan libur kegiatan sambil menunggu perpulangan, tapi pada nyatanya tidak. Kami menjalani dan menghabiskan satu pekan kami di pondok sebelum perpulangan dengan kegiatan yang menyenangkan. Pihak pondok mengadakan banyak sekali event yang tidak membosankan, diantaranya ada lomba memasak, banyak game yang menarik, seminar kemuslimahan yang seru, dan pada malam terakhir kami di pondok kami menonton video yang telah kami lakukan selama satu pekan dan itu adalah video dan foto –foto yang memalukan bagi kami, karena foto kami diambil pada saat kami tidak sadar. Tapi itulah yang membuat saya bahagia, apalagi ketika saya melihat semua foto aib teman –teman saya. Tetapi walaupun kami berkegiatan seperti itu kami tidak lupa dengan hafalan Qur’an kami. Kami tetap berusaha menjaganya.

Berita Lainnya

berita

Hasil Tes Seleksi Penerimaan Santri Baru 2024/2025

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.               Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi

berita

Semarak Taubat 2023

Dalam rangka masa orientasi santri baru tahun ajaran 2023-2024, Ma’had Tahfidzul Qur’an Annisa (MTQ Annisa) mengadakan acara Taubat yang merupakan akronim dari Ta’aruf Wataujih Litholibat.