Lelah Asalkan Lillah

Bagikan Halaman ini

Ditulis oleh: Rifda Hanuun Sugistiyan | santri KMI ULYA 2 dalam memenuhi tugas Literasi Libur Semester Ganjil

Awal mula perjalananku di saat aku menginjak semester terakhir di sekolah dasar. Dimana disaat itu aku di bingungkan oleh 2 keadaan, aku bimbang di satu sisi orang tuaku menyuruhku utuk masuk di pondok pesantren, di sisi lain aku ingin tidak ingin masuk di sana dan aku ingin melanjutkan sekolahku di sekolah negri. Sampai waktu ketika, mendekati hari ujian tiba tiba tekad yang sebelumnya ingin memasuki sekolah negri menjadi berubah ingin masuk di pondok.,  kemudian aku coba berbicara baik-baik kepada kedua orang tua ku. Ya karena aku fikir bahwa waktu sudah dekat rata-rata pendaftaran sudah pada di tutup. Tapi aku tetap memberanikan diri untuk berbicara. Setelah aku berbicara dan menjelaskan aku melihat ada ukiran senyum di bibir kedua orang tuaku. Yah, setelah itu ga lama dari atu aku di ajak ke alah satu pondok di malang, dan aku mengikuti serangkaian tes di sana. 1 minggu berjalan setelah tes, pengumuman penerimaan pun keluar. Malamnya saya sedang belajar untuk ujian besok, emudian papa memanggil untuk datang ke ruang keluarga, di situ hati saya dah gusar, karena tidak biasanya papa sampai memanggil untuk mengumpul seperti ini di tambah papa tau bahwa aku besok ada ujian. Ternyata papa membicarakan bahwa aku keterima di pondok itu. Saat itu hatiku bimbng kembali antara ingin melanjutkan di sana atau sekolah di sekolah biasa. dan pada akhirnya aku meneruskan aku sekolah di pondok pesantren. 1 tahun awal aku banyak menumpahkan ai mata karna tidak pernah hafalan seketat di sana yang setiap harinya miimal satu halaman. aku merasah lelah  dengan semuanya. Dan setiap kp (keluaran panjang) aku selalu menangis karena aku ga bisa menghafal dan hanya aku di keluarga yang  sekola berbasis ma’had. Tetapi orang tuaku  tidak ada henti-hentinya untuk nasehain aku support aku. Dari situ aku sudah terbiasa dengan semunya. 3 tahun berjalan aku terbiasa dengan menghafal al-qur’an. 

Aku melanjutkan sekolahku dengan sekolah di pondok pesantrn juga yaitu di Ma’had Tahfidzul Qur’an An Nisa. Aku disana menjadi anak baru dengan pondok yag baru juga, jadi santrinya ga begitu banyak, saat aku survei aku keliling pondok, yah menurutku pondoknya enak sejuk karena banyak pohon, air dari sumber jadi lebih segar, ada taman yang di kelilingi oleh tumbuhan,  jadi saat hafalan enak sekali duduk di sana dengan menghirup udara segar, dan yang paling aku suka ada di pondok ini tempatnya di desa bukan di kota jadi, jauh dari kebisingan, yaa mungkin kebisingan warga desa seperti di desa-desa lainnya. Hari pertama aku memasuki pondok itu, tidak menambah hafalan tapi, mengulang hafalan yang kita punya, itu tidak terdengar terlalu asing bagiku. Karea rata-rata di pondok lain juga melakukan hal yang sama seperti ini. 

Tidak terasa 3 bulanpun berjalan dengan sangat cepat. Tiba-tiba kita sudah di hadapkan dengan ujian tengah semester. Yaaah, target di ujian tengah semester ini 3 juz. Aku sangat tekejut saat mengetahui bahwa ujiannya semua hafalan yang kita punya disetorkan atau di ujikan dengan sekali duduk. Saat itu aku berfikir bahwa aku tidak bisa melewati ujian tengah semester ini. Karena awal mula aku ujian tidak seperti ini. Kurang 7 hari lagi ujian di mulai. Aku menghafal terus menerus tanpa henti, tanpa mengenal waktu. Dan saat jadwal ujian di temple di papan pegumuman di situ terdapat namaku, dan jadwalku hari ketiga atau hari sabtu bersama ustadzah yang jadi penanggung jawab tahfidz. Seketika rasa takutku keluar kembali yang tadinya sedikit meghilang karea aku merasa sudah siap, tapi kali ini rasa itu kembali keluar secara tiba-tiba setelah mengetahui bahwa aku ujian bersama ustadzah penanggung jawab tahfidz. Hari ujian pun tiba, santriwati MTQ An-Nisa memasuki ruangan ujian yang sudah di sediakan. Aku yang bukan ujian di hari itu ikut merasaka hawa-hawa ujian. Dan 1 hari itu ak habiska untuk mempersiapkan ujianku. Tidak kerasa hari kedua pun datang, degan kegiatan yang sama dan waktu yang sama aku mempersiapkan kembali hafalaku yang besok aku di ujikan. Saat matahari semakin berala keatas kepala, tiba-tiba ustadzah yang mengujiku memanggilku. Dan ternyata, ustadzah menawarkan ujianku di majukan menjadi nanti siang, yang seharusnya besok. Aku menerimanya dengan sedikit takut. 

Matahari sudah tepat di atas kepala, aku setelah melaksanakan sholat duhur memilih untuk bersiap-siap dari pada makan, meskipun makan adalah kewajiban tapi, untuk kali aku memilih mempersiapkan ujianku. Aku menunggu ustadzah di depan ruangan, tidak lama ustadzah pun datang. Lalu, aku memasuki ruangan itu dengan keringat yang sudah keluar, tangan dan kaki yang sudah dingin, berasa ujian di dalam ruangan ber-ac.  Waktu ujian pun di mulai. 1 juz sudah kulewati, saat memasuki juz kedua, aku berfikir terlalu keras. Dan akhirnya adzan ashar pun berkumandang ujianku berhenti, dan dilanjutkan setelah sholat ashar. Saat itu juz kedua belum selesai, kurang 3 lembar lagi. Kemudian aku menyelesaikan juz kedua setelah sholat ashar. Dan saat  aku ingin melanjutka juz terakhirku, ternyata ustadzah pengujiku ada urusan, jadinya aku melanjutkannya sehabis sholat isya nanti. Aku keluar dari tempat ujian dengan raut wajah sedikit lega, yaa meskipun blm semua tapi setidaknya ada juz yang sudah aku lewati. Dan aku menyelesaikan ujian di malam hari, saat sudah selesai semua hatiku sangat lega sekali. Karea tanggunganku sudah selesai semuanya. Dan aku bersyukur sekali karena ujian ini akutidak ada yag karir atau bisa di sebut mengulang ujian.

Yah, seperti itulah kisahku saat ujian tengah semester. Aku pernah merasakan karir di ujian akhir semester 2 kelas 10. aku karir di ujian itu, alhamulillah ya aku karir 1 juz. Seenggaknya aku lebih focus ke juz yang karir karena juz yang lain sudah terlewati semua. Aku ga ambil banyak waktu karena aku ga suka ada tanggungan jadi aku minta sre harinya buat aku ujian juz yang karir. Dan alhamdulillah selesai sudah.

  Seperti itulah kisah perjuanganku menghafal al-qur’an. Dan perjuangan menghafal al-qur’an itu tidak akan pernah berhenti, karena setelah kita selesai hafalan 30 juz, kita masih muroja’ah hafalan kita. Jika di tanya atau tidak, yaa pasti lelah. Bagun tengah malam demi hafalan al-qur’an, rela ga tidur siang demi menyelesaikan tanggungan, rela ga main sama temen karea target belum terpenuhi. Tapi selama kita niatka semunaya karena allah, lelah itu aka menjadi pahala bagi kita.

Berita Lainnya

berita

Hasil Tes Seleksi Penerimaan Santri Baru 2024/2025

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.               Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi

berita

Semarak Taubat 2023

Dalam rangka masa orientasi santri baru tahun ajaran 2023-2024, Ma’had Tahfidzul Qur’an Annisa (MTQ Annisa) mengadakan acara Taubat yang merupakan akronim dari Ta’aruf Wataujih Litholibat.