Inilah langkahku

Bagikan Halaman ini

Ditulis oleh: Ivania Aisyah Mecca | santri KMI ULYA 1 dalam memenuhi tugas Literasi Libur Semester Ganjil

Hai. Aku salah seorang santri di Ma’had Tahfidzul Qur’an An-Nisa. Orang-orang biasa memanggilku Vanya. Eemm kalau ditanya kenapa milih mondok, jawabannya..yup, karena ini kemauanku sendiri. Bukan paksaan orang tua, melainkan aku sendiri yang memutuskan untuk mondok. Aku baru mondok ketika jenjang SMA. Sebenarnya aku ingin memulai mondok ketika SMP, dan waktu itu aku sudah daftar di salah satu pondok yang ada di Malang,tetapi karena orangtua yang tidak menyetujui dengan alasan “Jauh dan masih terlalu muda”, jadi mau tidak mau aku mengurungkan niat untuk mondok ditempat tersebut. Sampai akhirnya keinginanku yang ingin mondok terwujudkan di jenjang SMA ini.

        Aku memilih pondok yang jauh karena aku ingin belajar mandiri. Karena sebenarnya ketika aku masih di jenjang SMP aku ‘sempat’ Boarding school yang letaknya tidak jauh dari rumahku, kemudian orangtuaku sering kali menjengukku. Bahkan pernah pada suatu waktu,orangtuaku menjengukku 4 kali dalam seminggu karena memang tempat tersebut tidak memberi Batasan penjengukan. Akhirnya, aku memilih pondok ini (MTQ An-Nisa) yang letaknya jauh dari rumahku. Sebenarnya aku memilih pondok ini karena ‘salah alamat’. 

       Pada saat itu, aku dan keluargaku ingin survey ke 2 tempat. Tempat pertama sudah kami kunjungi,dan ketika kami hendak ke tempat kedua,kami melihat alamat di Instagram pondok tersebut dan setelah itu kami berangkat ke alamat tersebut. Ketika sudah sampai, kami bingung,kenapa pondoknya laki-laki semua?. Akhirnya kami melihat kembali alamat tersebut untuk memastikan. Tetapi kami tidak melihat alamat yang ada di Instagram,melainkan alamat yang ada di brosur yang dikirim oleh pihak pondok. Kami bingung,mengapa alamatnya berbeda?. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke alamat yang ada di brosur tersebut. Setelah kami sampai,kami pun bertanya-tanya kembali. Mengapa nama pondoknya berbeda? Ahh mungkin karena ini tempat untuk perempuan,jadinya nama pondoknya An-Nisa. Pikir kami. Kami pun masuk tanpa ragu. Kami pun memulai survey dan ternyata pondok ini memang berbeda dengan pondok yang ingin kita kunjungi. 

       Tetapi ketika aku melihat pondok ini,aku merasa suasana dan lingkungannya sangat nyaman. Kedua orangtuaku pun yang melihat suasananya nyaman dan linkungannya kondusif untuk hafalan,akhirnya orangtuaku pun menyarankan aku untuk berada di pondok ini untuk kedepannya. Tanpa pikir Panjang, akupun menerimanya. Karena ketika aku pertama melihat pondok ini,aku ingin berada disini untuk jenjang SMA-nya. Setelah melakukan survey, kami pun kembali pulang. Selama diperjalanan,orangtuaku bercerita bahwa sebenarnya pondok yang ingin kami kunjungi itu ternyata sudah pergantian pengurus. Mudhiroh pondok tersebut pun mendirikan pondok baru yang dimana saat ini aku berada, Ma’had Tahfidzul Qur’an An-Nisa. 

       Tetapi yang masih ada di benak pikiranku adalah, Mengapa admin pondok  yang ingin kita kunjungi memberi nomor Mudhiroh yang lama? Kan sudah pergantian pengurus? Ahh sudahlah. Aku tak mempedulikannya lagi.

       17 juli 2022, dimana pertama kali aku melangkahkan kakiku ke lingkungan pondok as santri’. Aku melihat banyak sekali orang-orang yang mengantarkan salah satu keluarganya untuk melepaskan ia ke lingkungan pondok ini. Ada yang hanya bersama keluarga inti sepertiku, ada juga yang membawa pasukannya tuk mengantarkannya. Sekarang, aku bersyukur bisa berada di lingkungan ini. Aku dulu sempat berfikir bahwa dipondok nanti akan ada yang namanya circle-circle an seperti dipondok yang lainnya. Ternyata dugaanku salah,disini kami justru sangat akrab. Walaupun awal-awal kami sempat canggung saat ingin berkenalan, tapi seiring berjalannya waktu kami sangat dekat dan kompak.

       Aku juga sangat bersyukur,Allah menakdirkan aku untuk berada di lingkungan ini, yang memang berawal dari ketidaksengajaan. Sebab disini kami sangat dijaga hafalannya. Karena sejujurnya aku dari dulu,status pendidikanku tidak pernah negri, selalu swasta. Mulai dari TK aku disekolahkan disekolah islam. Beruntung? Tentu. Ketika TK, aku memang dibekali hafalan surat-surat pendek, hadits dan doa-doa. Beranjak SD, aku mulai dengan surat-surat Panjang yang ada di juz 30. Sampai aku berada di kelas 3,aku dapat menyelesaikan hafalanku yang ada di juz 30. Kemudian aku melanjutkan hafalan ke juz 1. Jujur ketika aku akan melanjutkan ke juz 1, aku disitu merasa tidak sanggup dan malas karena ayatnya yang Panjang-panjang. Kemudian guru pengampu tahfidzku disitu menyemangati dengan berbagai motivasi, dengan tujuan agar aku kembali semangat. Aku pun mulai mencoba dan ternyata aku dapat menyelesaikan itu pada kelas 5 semester 1. Walaupun waktu yang dibutuhkan sangat lama, tetapi aku sangat bersyukur karena aku yang awalnya mengira tidak bisa menghafal juz 1, ternyata aku bisa melewatinya. Memang disekolahku juga, aktivitasnya sangat padat dari hari senin sampai jum’at. Sementara hari sabtu full ekstrakurikuler. Aku juga bisa dibilang salah satu murid aktif yang sering diikutkan lomba. Entah itu didalam kota, ataupun antar kota.

       Aku pun melanjutkan hafalanku. Tetapi guruku menyarankan untuk kembali dari juz belakang,yaitu juz 29 dan aku hanya mengikuti perintahnya saja. Akan tetapi sayangnya hafalanku hanya sampai surat Al-Insan dan tidak dilanjutkan. Memasuki jenjang SMP,aku memulai ziyadah pada kelas 7 semester 2 karena di semester 1 kami difokuskan untuk murajaah. Disemester 2 ini,aku memulai dari juz 2. Dan aku menyelesaikan di kelas 8 semester 1 karena pada saat itu juga pandemi sehingga kami menyetorkan hafalan melalui video call di whatsapp. 

       Aku melanjutkan hafalan ke juz 3 dan kutinggalkan begitu saja juz 2 tanpa ku murojaah. Karena pada saat itu,jujur aku kalah dengan nafsuku. Aku sibuk main hp dan hafalan-hafalan yang ada pun hilang. Sampai aku menuntaskan juz 3 pun aku sangat jarang memurojaah hafalanku. Akhirnya saat kelas 9 semester 2. Kami tidak melanjutkan ziyadah,melainkan murojaah kubro.  Saat lulus, aku disitu selal diberi nasihat dan motivasi dari kedua orangtuaku untuk semangat hafalan dan memperbanyak murojaah di jenjang selanjutnya. 

       Ketika aku berada disini,aku mulai menata niat kembali dan harus lebih semangat menghafal, terlebih murojaah. Karena aku pun menyadari, aku tidak ingin lelahku dalam memperjuangkan untuk menghafal sia-sia begitu saja. Apalagi,ketika aku mengetahui hafalan teman-teman sudah jauh diatasku, aku pun arus mengejar itu. Aku awalnya memang insecure terhadap mereka yang hafalannya sudah banyak dan bahkan ada yang sudah selesai, tetapi ketika itu aku teringat kembali apa yang pernah dikatakan oleh ustadzku ‘jangan pernah insecure dengan pencapaian orang lain,terutama dalam hafalan. Karena kamu bisa melakukan itu jika kamu mau dengan cara bersungguh-sungguh, doa, dan yang paling utama yaitu NIAT. Semangat!! Kamu bisa jika kamu yakin dan mau berusaha’. Yahh kurang lebih itulah yang pernah dikatakan oleh ustadzku, sehingga yang awalnya aku merasa insecure, aku justru termotivasi untuk lebih semangat dan bersungguh-sungguh dalam menghafal Qur’an.

       Setiap proses pasti ada yang namanya jatuh dan bangunnya. Terkadang kita lagi merasa senang dan mood dalam menghafal Qur’an, sehingga ketika kita menghafal lebih mudah masuknya. Terkadang pula kita lagi dalam kondisi biasa saja atau bahkan tidak mood dalam menghafal, ketika kita mulai menghafal, justru hafalan tidak masuk-masuk, bahkan tak jarang sampai menangis. Itu semua wajar. Tetapi kita kembali menata niat kita. Menghafal karena Allah, bukan karena ingin dipuji dan dikenal dengan gelar Hafidz. 

Tahun baru, semangat baru, dan menjadi pribadi baru yang lebih baik

Sekian dari saya, dan terimakasih.

Berita Lainnya

berita

Hasil Tes Seleksi Penerimaan Santri Baru 2024/2025

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.               Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi

berita

Semarak Taubat 2023

Dalam rangka masa orientasi santri baru tahun ajaran 2023-2024, Ma’had Tahfidzul Qur’an Annisa (MTQ Annisa) mengadakan acara Taubat yang merupakan akronim dari Ta’aruf Wataujih Litholibat.