Ditulis oleh: Zahidar Fakhrunisa S. | santri KMI ULYA 3 dalam memenuhi tugas Literasi Libur Semester Ganjil
Perkenalkan namaku Lalita Namirah,aku biasa dipanggil Lita.Aku lahir di akhir bulan 2004 di kota pendidikan.Aku anak satu satunya dari ibuku,tetapi aku anak pertama diantara 6 bersaudara dari ayahku.Diantara 2 keluarga besar,aku adalah anak/cucu pertama yang masuk pesantren,dari sinilah aku akan membuktikan bahwa pesantren bisa menjadikan seseorang untuk lebih cinta agama dan akhiratnya daripada dunia dan pernak perniknya.Aku akan membuktikan bahwa pernak pernik dunia bisa berguna untuk kehidupan akhirat apabila kita meniatkan memanfaatkannya untuk kemaslahatan islam dan kaum muslimin.Aku sadar,aku tidak mampu membalas jerih payah ibuku selama mengandungku sampai mendidikku hingga aku bisa sampai dititik ini,sehingga aku memutuskan untuk masuk pesantren agar bisa menyelesaikan hafalan Al qu’an 30 juz.Semoga Allah memudahkan jalanku untuk membahagiakan orang tuaku dunia akhirat.
Malang, 1 Agustus 2021
Hari itu, jam dinding rumahku menunjukkan tepat pukul 6 pagi.Barang barang yang harus kubawa sudah kusiapkan sejak semalam.Tahun ini adalah tahun kedua aku di pesantren.Semenjak aku lulus dari sekolah menengah,aku memutuskan untuk menghabiskan 3 tahun kedepanku untuk menghafal Al qur’an.Keputusan ini aku ambil sendiri, tanpa paksaan dari ibuku.Bicara soal ayahku, beliau sudah lama berpisah dengan ibuku,dan sekarang aku tinggal bersama ibu dan keluarga besarnya.Persiapan demi persiapan sudah aku lewati, dari persiapan fisik yang harus sehat dan yang kalah penting adalah persiapan mental.Siap menahan rindu rumah dan segala isinya,siap menjaga kalam-Nya,siap menerima kenyataan yang sudah Allah takdirkan.Mobil yang tidak begitu mewah,sudah siap untuk mengatarkanku menuju tempat berjuangku.Sekarang seluruh barang sudah didalam mobil,ibuku memastikan tidak ada suatu apapun yang ketinggalan di rumah.
“bantal,guling,baju,buku, semua udah masuk mobil,kan ?” tanyanya sambil melihat keadaan dalam mobil.
“sudah”singkat,padat,jelas.
Ibu menyuruhku berpamitan kepada saudara saudaraku,setelah itu aku langsung bergegas menuju mobil.Abstrak,semua perasaan menjadi satu.Selama perjalanan,aku banyak mengamati keadaan.
“dunia itu keras”gumamku.
Hari itu weekend,jalanan ramai dengan orang yang pergi berlibur.Ada 1 mobil penuh berisi satu keluarga sampai 1 pasangan remaja yang kira kira seumuran denganku.Aku menenangkan perasaan dengan meyakinkan bahwa ini pilihan yang terbaik,bahwa bergelut dengan kalam-Nya dipasantren lebih Allah muliakan.Bangunan demi bangunan telah kulewati sampailah aku di perkampungan dengan jalan sempit,yang hanya bisa dilaluli oleh 1 mobil saja, jauh dari pusat kota,tapi hawanya sejuk dan damai.Banner besar bertuliskan Ma’had Tahfidzul Qur’an Annisa berwarna pink dengan paduan warna biru sudah terlihat dari kejauhan.Belok kanan,jalannya menanjak,kalau dilihat dari depan seperti tempat yang sempit,Tetapi saat masuk ternyata luas sekali.Bangunan bangunan sederhana yang didominasi dengan warna hijau, dan banyak tanaman yang menambah keasriannya.
Nyaman.Kesan pertama yang aku rasakan saat memasuki tempat itu.
“Assalamu’alaikum, barangnya langsung diletakkan disana,ya”sambil menunjuk 1 tempat yang tepat disamping kantor kepengasuhan.
“wa’alaikumsallam,iya ustadzah”jawabku sedikit ramah.
Ibuku langsung menuju kantor kepengasuhan untuk bertemu mudhiroh pesantren ini.Aku menuju tempat dimana barangku kuletakkan,untuk menemani pengecekan barang.Pesantren ini adalah pesantren pertama yang aku temui yang melarang santri santrinya untuk membawa dan menggunakan produk produk boikot,yang dimana sebagian penghasilan dari produk itu disumbangkan ke Israel.Setelah pengecekan barang oleh 2 pengurus,aku dan barangku diantar ke kamar tempat dimana aku tinggal selama kurang lebih 2 tahun kedepan.
“bismillah,lillah ya,jangan lupa ini pilihanmu dan kamu harus bertanggungjawab atas apa yang akan kamu jalani kedepannya”gumamku,untuk menenangkan dan meyakinkan.
Langkah demi langkah, akhirnya aku sampai di ruangan memanjang yang berisi sekitar 10 anak.Kemudian aku merapikan barang barangku,aku keluarkan semua dari koper dan tas agar bisa dibawa pulang oleh ibuku.Setelah selesai kurapikan semuanya,aku pergi keluar untuk memberikan koper dan tasku kepada ibuku sekaligus berpamitan kepada ibuku.
“baik baik ya,nak.Do’a ibu selalu menyertai perjalananmu disini.2 tahun itu cepat,jadi jangan lupa manfaatkan waktu dengan sebaik baiknya.Persembahkan yang terbaik untuk ayah dan keluarga ayah disana”ucapnya dengan matanya yang berkaca kaca.
Seketika air mataku mengalir deras tanpa jeda,nasehatnya sedikit tapi sangat berat untuk dijalani.Kuhamburkan badanku dipelukannya,
“terima kasih ibu,sudah membesarkanku dan membersamaiku melewati apapun hingga aku bisa berada di titik ini.do’kan aku selalu,semua ini tidak lepas dari tetesan keringat,dan panjatan do’amu”balasku.
“Sama sama,nak.Ini sudah tanggung jawab ibu.Kita sama sama berjuang,ya.Ibu berjuang untuk biayamu,kamu berjuang untuk masa depanmu.Semoga Allah memberkahi perjuangan perjuangan kita,nak”bisiknya.
Air mataku semakin deras,Ibuku sosok wanita yang tangguh yang berusaha sekuat tenaga untuk kehidupan dan masa depanku.
“Aku berjanji,akan kuusahakan semampuku untuk menghabiskan masa 2 tahunku bergelut dengan Kalam-Nya”janjiku kepada diri sendiri.
Ibu melepaskan pelukan kita,kemudian aku mencium tangannya,dan ibu pergi ke mobil.Mobil melaju kencang meninggalkan pesantren.
Langit menjadi gelap.Matahari telah menyelesaikan tugasnya hari ini,sekarang giliran bulan dan bintang menghiasi langit dipesantrenku malam ini.
Kringg…Kringg….Kringg..
Tepat pukul 20.00 terdengar suara bel tanda halaqoh qur’an malam berbunyi.Ini kali pertama aku halaqoh qur’an malam.Halaqoh qur’an malam berdurasi selama 1 jam,dimulai pada pukul 20.00 hingga pukul 21.00,halaqoh ini berfungsi untuk menambah hafalan baru untuk disetorkan besok pagi.Saat itu aku sedang menghafal juz 8 dan aku mampu menghafal 3 halaman,alhamdulillah.Jam dinding menunjukkan 20.55,itu tandanya halaqoh qur’an malam 5 menit lagi akan berakhir.Rasa kantuk mulai menyelimutiku,aku memutuskan pergi ke kamar mandi untuk persiapan sebelum tidur.Bel selesai halaqoh berbunyi,aku langsung masuk kamar dan tidur.
2 Agustus 2021
Kriingg..Kriingg..Kringg..
Tepat pukul 03.00 bel pesantren berdering,itu tandanya para santri diharapkan untuk segera bangun dan menjalanankan sholat tahajjud secara individu.Saya bergegas untuk bangun,mandi,dan menjalankan sholat tahajjud.Dalam setiap sujudku,selalu kuuntaikan do’a kepada Rabb semesta alam agar ibu diberi kekuatan,kesabaran,dan kesehatan hingga aku mampu mewujudkan keinginannya,dan aku memohon agar aku diberi keistiqomahan berada di jalan ini,diberi kelapangan hati menerima apapun yang datang,diberi kemudahan dalam setiap urusan.Seusai sholat,aku bersiap siap untuk sholat shubuh dilanjutkan halaqoh qur’an pagi.Setelah menjalankan sholat shubuh berjama’ah,ada sekitar waktu selama 20 menit untuk kita menyiapkan apa yang sudah kita hafal semalam sebelum disetorkan.
Singkat cerita,setelah memalui proses perjalanan selama 1 tahun di pesantren itu, aku memasuki tahun ajaran baru.Penanggung jawab tahfidz memberitahukan bahwa untuk santriwati yang berada dibangku 3 SMA diberi kebebasan untuk memilih diantara 2 pilihan.Pilihan pertama tetap melanjutkan hafalan baru sekaligus menyiapkan ujian 10 juz sekali duduk,dan pilihan kedua hanya fokus menyiapkan ujian 10 juz sekali duduk.Pada saat itu hafalanku berada di juz 17,aku bimbang.Akhirnya,dengan segala pertimbangan,aku memutuskan untuk memilih pilihan kedua,karena menurutku pilihan pertama terlalu berat untuk aku jalani yang sedang berada di kelas akhir sekaligus masih bertanggungjawab memegang organisasi pesantren.Alasan lainnya,menurutku aku bisa melanjutkan hafalan baruku diluar pesantren ini sedangkan untuk menyiapkan ujian 10 juz sekali duduk belum tentu bisa dilakukan setelah lulus dari pesantren.Sekarang aku dalam proses persiapan ujian 10 juz sekali duduk dan insyaAllah biidznillah aku akan menyelesaikan hafalanku setelah aku ujian 10 juz sekali duduk.